Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kita ucapkan kepada
Allah SWT yang pada hari ini mengijinkan kita untuk berkumpul dalam nikmat iman
dan nikmat sehat walafiat, dalam acara rutin kultum di bulan Ramadhan.
Puji syukur juga perlu kita ucapkan,
karena sebulan lamanya kita akan menunaikan ibadah puasa untuk menghapus
dosa-dosa kecil kita, sekaligus i’tikaf bermuhasabah dalam rangka taubatan
nasuha untuk menghapus dosa-dosa besar kita, sehingga sampailah kita pada
puncaknya nanti (Insta Allah) yaitu merayakan Idul Fitri, hari kegembiraan
kita, karena kita telah menang dalam hal mengendalikan hawa nafsu (ghadab dan
syahwat) kita, sehingga Allah SWT berkenan mengampuni dosa-dosa kita, dan
kembali ke fitri atau fitrah kita, sebagaimana layaknya anak bayi yang baru
keluar dari rahim ibunya. Kita kembali ke titik nol (zero based) dalam hal dosa, namun plus dalam hal pahala. Rasulullah SAW bersabda,
“Ketika umatku telah
berpuasa di bulan Ramadhan dan menuju Hari Raya. Allah SWT berfirman, “Wahai
para malaikat-Ku. Sesungguhnya setiap orang yang telah bekerja, tentu akan
mencari hasilnya. Hamba-hamba-Ku hari ini telah berpuasa dan mereka tengah
mencari balasan amalnya. Maka saksikanlah olehmu sekalian wahai para
malaikat-Ku, bahwa Aku telah memberi ampunan kepada mereka.” (Hadits Qudsi
Riwayat Ibnu Mas’ud).
Jadi berbeda dengan lembaga keuangan
seperti PNM atau perbankan dimana pinjaman bermasalahnya biasanya di hapus
bukukan namun tidak di hapus tagihkan, maka dengan menjalankan puasa di bulan
Ramadhan, dosa-dosa kita yang berkaitan dengan Allah SWT (hablum minallah) di hapus buku dan hapus tagih, sedangkan dosa-dosa
kita yang berkait dengan manusia (hablum
minannas) akan di hapus buku dan hapus tagih setelah kita bersilaturahim
(menyampaikan kasih sayang) dan saling maaf memaafkan dan saling mendoakan “taqabballahu
minna wa minkum” (mudah-mudahan Allah menerima ibadah kami dan ibadah
kamu sekalian) baik melalui sms, email, surat, telepon dan paling afdol
tentunya dengan saling bersalaman. Halal bi halal yang biasa dilakukan setelah
Hari Raya, adalah dalam rangka silaturahim tersebut.
Sesungguhnya masih banyak hikmah
yang dapat kita ambil dari bulan ramadhan dan bulan syawal nanti, yaitu yang
bersifat makro dengan adanya lebaran dan mudik lebaran, dimana secara ekonomi
menimbulkan perputaran uang di daerah meningkat dengan signifikan, terjadi
redistribusi aset, anak-anak kita mengunjungi kerabat dan mungkin tempat ayah
dan ibunya di lahirkan untuk bersilaturahim jangan sampai kacang lupa akan
kulitnya. Di bulan ramadhan dan syawal inilah kita kadang-kadang menjadi oshin
sehingga akan lebih empati terhadap nasib
para pembokat kita, jangan sampai kita menuntut perusahaan dua atau tiga
kali THR tetapi untuk pembantu kita cukup setengah kali saja, jangan sampai
kita tiap tahun menuntut naik gaji, namun pembantu kita sudah lima tahun tidak
pernah di naikkan gajinya dstnya, jangan sampai kita menuntut training untuk
perbaikan kita, tetapi pembokat tidak pernah kita kursuskan. Jangan sampai kita menuntut asuransi
kesehatan, Namun kesehatan pembokat kita tidak pernah kita pikirkan.
Ada
dua hal yang wajib kita laksanakan dan sunnah yang dianjurkan dalam bulan
Ramadhan dan Syawal, yaitu wajib Puasa dan Zakat yang merupakan Rukun Islam dan
di sunnahkan khatam Qur’an,
bersilaturahim serta puasa 6 hari di bulan syawal.
Dengan puasa dan zakat di Bulan Ramadhan
dan 6 hari di bulan syawal, maka ini adalah cara untuk melatih bagaimana kita dapat mengendalikan qalbu kita, agar jangan
sampai dikendalikan oleh hawa nafsu (consumerism
dan hedonism), jangan sampai kita cinta dunia dan takut mati, karena kita
belum siap menghadapinya. Puasa mendidik manusia untuk bertakwa agar cerdas
emosional dan spiritual.
“Hai
orang-orang yang beriman ! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa“ (QA Al-Baqarah : 183)
Puasa
mengajarkan kita rasa lapar dan haus sehingga kita lebih peka terhadap kaum tertindas, yang menderita kelaparan.
Dengan itu kita tidak menjadi korup karena tidak ikhlas membayar zakat, infak
dan sedekah yang menjadi hak orang miskin. Sehingga ada anekdot, jadinya puasa
ini hanya untuk orang kaya saja, karena kalau si miskin tiap hari juga sudah
puasa.
“Dan
pada harta mereka ada hak untuk dhuafa yang meminta maupun yang tidak mendapat
bagian“. (QS Adz Dzariat : 19)
Puasa mengajarkan kita membedakan yang halal dengan yang haram,
bahwa, jangankan yang haram, yang halalpun menjadi haram apabila kita ingin
menikmati setelah imsak dan sebelum magrib. Baru menjadi halal kembali setelah
waktu berbuka. Babi itu haram karena zatnya, sapi itu halal, namun bila uang
hasil KKN, mencuri atau riba itu digunakan untuk membeli sapi, maka sapi itu
menjadi haram karena cara memperolehnya, sehingga puasa juga mengajarkan kita
jangan mencari uang yang haram.
“Hai anakku ! Carilah kekayaan dengan bekerja
yang halal untuk menjaga kefakiran. Karena orang yang fakir itu tak lain akan
mendapatkan tiga perkara, yaitu lemah dalam agamanya. Lemah dalam akalnya dan
hilang malunya. Dan yang lebih besar
dari tiga itu adalah manusian memandang dia itu dengan pandangan yang
rendah“. (Lukman Al-Hakim)
Puasa mengajarkan kita untuk tidak
melakukan hal yang sia-sia, termasuk melihat, mendengar, mencium, mengucapkan
bahkan berpikir yang sia sia, sehingga kita hanya mendapatkan haus dan laparnya
saja, namun tidak pahalanya. Walaupun dengan berpuasa kita juga mempunyai
hikmah kesehatan karena berat badan kita biasanya turun dan lingkar pinggang
kita biasanya mengecil.
“Barang
siapa tidak dapat meninggalkan ucapan perbuatan dosa (waktu puasa), maka Allah
tidak membutuhkan lapar dan hausnya” (HR Bukhari)
“Mungkin
hasil yang draih seorang shoim (yang berpuasa) hanyalah rasa lapar dan haus,
dan mungkin hasil yang dicapai seorang yang shalat malam (tarawih/qiyamullail)
hanyalah bergadang (HR Ahmad dan Al-Hakim.)
Puasa mengajarkan kita disiplin untuk menepati waktu imsak dan
berbuka bila ingin puasa kita diterima. Puasa mengajarkan kita jujur, karena
kita percaya Allah itu ada dan maha mengetahui, karena bisa saja kita diam-diam
minum tanpa di ketahui oleh siapapun dan setelah itu kita mengatakan kepada
orang lain bahwa kita sedang puasa. Puasa mengajarkan kita muhasabah mawas diri
dan meminta ampun atas segala dosa yang telah kita lakukan.
“Dan (dia berkata) : “Hai kaumku,
mohon ampunlah kepaeda Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya ia akan
menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan dia akan menambahkan kekuatan
kepada keuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa” (QS Hud
: 52)
Ada budaya baru di kalangan umat Islam yang mengikuti
tradisi tahun baru, yaitu sehabis Ramadhan atau malam terakhir puasa (malam
takbiran) dianggap sebagai perayaan. Kadang-kadang arti perayaan ini di salah
artikan menjadi berpesta ria, mabok-mabokan dan bermalas-malasan,.
Tahun ini, PNM mendapat
kepercayaan dari beberapa bank dan mungkin donor untuk pengembangan BMT. Ini
semua merupakan amanah yang tidak boleh kita sepelekan, kita harus persiapkan
sedini mungkin untuk mengelola amanah ini, karena di dunia ini sesungguhnya
tidak ada sesuatu yang terjadi berdasarkan kebetulan belaka, baik dari sisi
dampaknya (ukuran) maupun tempat dan kapan terjadinya.
“Sesungguhnya
Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. (QS Al-Qamar 54 : 49).
“….Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan
Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya “. (QS Al-Furqaan 25:
2)
Tahun ini,
mungkin kita kesal karena kok SUP tidak seperti yang kita harapkan, kok dana
PKBL belum turun. Tentu tidak turunnya itu ada hikmahnya, walaupun mungkin
kesalahan kita sendiri yang belum membuat juknisnya. Namun hikmahnya itu tidak
pernah kita ketahui dengan pasti, karena pengetahuan kita memang terbatas. Begitu
juga terhadap diri kita, kalau ada sesuatu yang terjadi pada kita, misalnya
kalau nanti terjadi lagi reorganisasi karena ada pergantian Direksi sehubungan
dengan telah mengundurkan diri dua direksi lama, lalu kita dirotasi, maka
mungkin kita merasa tidak nyaman. Kita marah dan sedih saja dan dampaknya
motivasi kerja kita menurun.
Kita tidak suka dengan keadaan tersebut
karena kita anggap buruk buat kita.
Padahal mungkin saja itu nantinya baik buat kita, hanya kita belum
mengetahuinya,
“ ….Kemudian bila kamu tidak menyukai
mereka, karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”.
(QS An-Nisa’ 4 : 19).
“ . .….Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui”. (QS Al-Baqarah 2: 216).
Atau bisa juga ada pikiran kita, mengapa
bukan kita yang menjadi direksi, atau menggantikan kepala divisi yang menjadi
direksi, atau menggantikan kepala divisi yang menjadi direksi dst nya (kalau
ada nantinya, ga janji deh), lalu kita berpikir kita yang paling cocok untuk di
posisi tersebut, namun ternyata orang lain yang mengisinya. Kita kecewa lalu
bertanya, apakah kita kurang atau tidak bekerja keras ?. Kurang atau tidak
cerdas ?. Kurang atau tidak berbuat baik ?. Padahal, kita merasa lebih baik
dari teman-teman yang lain, malahan kita lebih rajin berinfak dan berdoa dll, puasa saja imsaknya jam dua dan
bukanya jam 8 an. Namun mengapa hasilnya tetap tidak sesuai dengan harapan. ?.
Adakah sesuatu hal baru yang tidak kita ketahui ?
“…..Kamu tidak mengetahui barangkali Allah
mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru “. (QS Ath-Thalaaq 65 : 1).
Ataukah memang kita tidak mampu, karena belum di
kehendaki-Nya ?
“Dan
kamu tidak mampu , kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS Al-Insaan 76: 30)
Kita diajarkan dalam mengerjakan sesuatu, selain niat
baik, jangan main hitung-hitungan. Bekerjalah dalam rangka mengharapkan Ridho
Illahi. Setelah itu lakukan saja sesuai
dengan syariat-Nya berdasarkan ilmu yang dimiliki, masalah hasilnya itu adalah
urusan Allah SWT. Insya Allah akan ada jalan keluar yang di berikan.
“…….
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar”. (QS Ath-Thalaaq 65: 2).
Bahkan mungkin dari jalan
yang tidak pernah diduga sebelumnya.
“Dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan yang Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan
bagi tiap-tiap sesuatu”. (QS
Ath-Thalaaq 65: 2).
Semua itu bisa terjadi, karena tidak ada satu mahlukpun
di dunia ini yang luput dari kekuasaannya, hanya Allah SWT lah yang dapat
melindungi, yang menghinakan dan memuliakan siapa saja, jadi terserah Allah SWT
siapa yang di pilih mau disesatkan atau yang di beri petunjuk-Nya. Sebagaimana
firman-Nya,
“Sesungguhnya
aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang
melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya .
Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus ." (QS Huud 11: 56)
“Bukankah
Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. Dan mereka mempertakuti kamu
dengan yang selain Allah? Dan siapa yang
disesatkan Allah maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya“. (QS Az-Zumar 39: 36).
“
…….Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan
barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya.
Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki“. (QS Al-Hajj 22: 18).
“ …... Dan
barangsiapa yang disesatkan Allah, maka baginya tak ada seorangpun yang akan
memberi petunjuk”. (QS
Ar-Ra’d 13: 33)
Dunia ini panggung kehidupan sementara untuk menuju
kehidupan abadi. Manusia sebagai para pemain panggung harus jelas mengerti script atau skenario yang di buat oleh
Sang Maha Sutradara. Agar permainan panggungnya baik, maka pelajari, pahami,
terapkan serta syiarkan Al-Qur’an sebagai suatu Skenario Allah yang akurat,
lengkap dan sempurna, karena hanya dari sanalah terdapat petunjuk segala
sesuatunya. Didalamnya berisi petunjuk
dan cerita sejarah masa lalu serta prediksi apa yang akan terjadi di masa yad
yang selalu berulang, asal bisa menafsirkan dan menakwilkan. Untuk lebih
menyempurnakan, perlu juga di lengkapi dengan petunjuk Rasulullah SAW yang
berupa Hadits-hadits yang selaras dengan al-Qur’an, sehingga secara
sunnatulllah, akan diketahui siapa yang akan di muliakan dan siapa yang akan di
hinakan. Karena dari jaman sebelum, pada saat dan sesudah Nabi Muhammad tidak
pernah berubah, dan memang Sunnatullah itu tidak akan berubah.
“Sebagai sunnah
Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum , dan kamu
sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah”. (QS Al-Ahzab 33: 62).
“Demikianlah,
karena sesungguhnya Allah, Dia-lah yang
hak dan sesungguhnya apa
saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang
batil; dan sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS Luqman 31: 30)
“Dia-lah yang
menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya
manzilah-manzilah bagi perjalanan bulan
itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan . Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak . Dia menjelaskan
tanda-tanda kepada orang-orang yang
mengetahui”.
(QS Yunus 10: 5)
Skenario Allah (al-Qur’an) : “Manusia diciptakan untuk bertakwa (takut
kepada Allah) bukan melawan Allah dan berbuat kebaikan di muka bumi bukan
membuat kerusakan”
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada
para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS Al-Baqarah 2:30)
Firman Tuhan
tersebut menunjukkan bahwa Malaikat sudah tahu bahwa nantinya manusia akan
membuat kerusakan atau huru-hara (fitnah)
di bumi dan akan saling berbunuhan dan
berperang. Akan terjadi “Fitnah Ahlas” dan “Fitnah
Sarra”, sehingga akhirnya terjadi “Fitnah Duhaima” atau Huru-hara Sangat Dahsyat.. Dan ini memang yang dahulu,
sekarang dan nanti akan terjadi lagi. Ini memang merupakan rahasia Tuhan,
karena hanya Allah yang mengetahui apa-apa yang malaikat dan kita tidak ketahui.
Yang jelas Allah menciptakan kita sebagai wakilnya di muka bumi ini untuk
menyembah dan mengabdi kepada Nya.
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS Adz-Dzaariyat 51: 56)
Sesungguhnya
ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku.
(Al-Anbiyaa 21:92)
Dan mempunyai
sifat seperti Allah SWT yaitu pengasih dan penyayang sehingga dapat memberikan Rahmatan
lil Alamin bagi ciptaan Nya di dunia bukan Laknatan lil Alamin.
Jadi Visi Allah SWT menciptakan Manusia ádalah agar
Manusia itu ber Iman, ber Takwa dan berbuat kebaikan, hidup seimbang dunia dan
akhirat. Sedangkan melaksanakan Shalat, Puasa, Haji, Zakat dan Korban, adalah
sarana agar kita bertakwa dan berbuat
kebajikan jadi tujuan akhir itu sendiri hádala kebajikan dan sebaik-baik
manusia hádala yang berbuat kebajikan sehingga sekelilingnya nyaman dan senang
.
“Dan carilah
pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari duniawi dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu,
dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (QS Al-Qashash 28: 77)
Untuk itu Allah
mengirim para Nabi dengan Kitab-kitabnya dan yang terakhir Rasulullah SAW dan
Al-Qur’an agar manusia bertakwa dan
berbuat kebaikan.
“Sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih
orang-orang yang telah diberi Al Kitab
kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa yang kafir
terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. ((QS
Ali Imran 3:19)
Barangsiapa
mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah
akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
(QS Ali-Imran 3:85)
Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS Ali
Miran 3:102)
Itulah misi Allah SWT, yaitu
1. Menurunkan Kitab-kitab suci
melalui para Nabi yang semua isinya sama, ádalah agar bertakwa.
2. Menurunkan Al-Qur’an melalui
Nabi Muhammad SAW, dengan infra strukturnya Rukun Islam untuk meningkatkan dan
melestarikan ketakwaan.
3. Memilih manusia-manusia yang
bertakwa sebagai utusan-Nya untuk meningkatkan dan melestarikan ketakwaan
manusia.
4. Menguji ketakwaan dengan godaan
syaitan/iblis/dajjal, sehingga ketakwaan manusia itu berbeda-beda sesuai
kemampuannya melawan godaan tersebut. Ujian itu bisa berupa kebahagian atau
penderitaan, kemudahan atau kesulitan, kekayaan atau kemiskinan, kebaikan atau
kerusakan, disukai, atau dibenci.
5. Memberikan insentif dan balasan
sesuai tingkat ketakwaan manusia
Berdasarkan itu
maka Visi Manusia, ádalah bertakwa
dan mengabdi kepada Allah untuk mendapatkan ridho Nya. Sedangkan pahala dan
mendapatkan kapling di Surga itu adalah output dari semua proses yang kita
jalankan. Karena itu Misi Manusia ádalah,
1. Iman terhadap Tuhan YME,
Malaikat, Nabi-nabi, Kitab-kitab Suci, Taqdir dan Akhirat (Rukun Iman).
2. Melaksanakan seluruh perintah
Allah SWT
3. Menjauhi seluruh larangan Allah
SWT
4. Membaca, memahami, menerapkan
dan menyiarkan Al-Qur’an selama hidupnya
5. Mengikuti sunnah Rasul yang
shahih (sesuai Al-Qur’an)
6. Melawan setiap godaan
syaitan/iblis/dajjal di dunia yang akan menjerumuskan manusia.
Rukun Iman
1. Percaya kepada Allah YME (QS 2:
1-5, 83, 97, 177, 285)
2. Percaya kepada Malaikat (QS 3:
3, 84-85, 95, 102)
3. Percaya kepada para Nabi dan
Rasul (QS 4: 36, 48, 116)
4. Percaya kepada Kitab-kitab Suci
(QS 5: 48, 68-69)
5. Percaya kepada Taqdir (QS 7:25)
6. Percaya kepada Akhirat (Syurga
dan Neraka) (QS 19: 15, 33 ; QS 22: 5-7, 75)
Perintah Allah SWT yang harus di laksanakan
1. Mencari karunia (nafkah)
sebanyak-banyaknya dan hidup seimbang dunia akhirat (QS 62: 9-10 ; QS 67: 15 ;
QS 9: 105 ; QS 73: 20 ; QS 78: 11 ; QS 2: 267, ; QS 28: 77)
2. Menjaga kesehatan (QS 7: 31)
3. Menuntut Ilmu (QS 35:28 ; QS 39: 9; QS 20:
114)
4. Berbuat baik kepada orang tua (QS 4: 36;
QS 17: 23-24; QS 31: 14: QS 28: 8)
5. Kepala keluarga yang baik (QS 30: 21; QS
4: 19; QS 24: 61; QS 9: 24; QS 66:6; QS 18: 46; QS 64: 14; QS 2: 138)
6. Infak dan Shodaqoh (QS 3: 92, 133-134 ; QS
65: 7 ; QS 107: 1-7 ; QS 2: 267 ; QS 9: 53 ; QS 36: 47 ; QS 57: 7 ; QS 64: 16 ;
QS 92: 5)
7. Menahan amarah (ghadab) dan nafsu
(syahwat) (QS 3: 133-134 ; QS 64: 14 ;
QS 25: 43 ; QS 28: 50 ; QS 79: 40 ; QS
12: 53)
8. Memaafkan orang lain (QS 3 : 133-134 ; QS
42 : 37 ; QS 64 : 14 ; QS 2: 187, 263)
9. Memenuhi janji (QS 2: 177 ; QS 23: 1-8 ;
QS 3: 76 QS 17: 34)
10. Adil (QS 5: 8 ; QS 2: 177 ; QS 3: 76
QS 17: 34)
11. Bersyukur (QS 14: 7)
12. Sabar dan ikhlas (QS 2 : 151,
155 ; QS 16: 96)
13. Kebajikan dan menolong orang (QS
2: 83, 148, 158, 177, 215, 270-274) ( QS 14: 52)
14.
Mengingat Allah SWT sepanjang
masa (QS 2: 21 ; QS 71: 3 ; 3: 190-191 ; QS 4: 103 ; QS 50: 39-40)
15.
Menggunakan akal dalam beragama
(jangan taqlid) (QS 10: 100 ; 2: 179, 269 ; QS 5: 100 ; QS 23: 78 ; QS 7: 179,
204 ; QS 14: 52)
16. Silaturahim dan menjaga
persatuan (jamaah) (QS 4: 1 ; QS 3: 103,
105)
17. Melaksanakan Rukun Islam
1) Syahadat, (QS 2: 1-3, 21, 41,
158, 177, 179, 183, 203 ; QS 5: 6-7)
2) Shalat, (QS 3: 96-97 ; QS 6: 72
; QS 8: 2-4 ; QS 30: 31)
3) Puasa, (QS 2: 183-185)
4) Zakat, (QS 9: 103 ; QS 2: 26 ;
QS 6: 141-142 ; QS 9: 34-35)
5) Hají dan (QS 2: 196-203 ; 3: 97
; QS 22: 26-30, 158)
Qurban (QS 108:
1-3 ; QS 22: 34-37)
Menjauhi Larangan-Nya,
1. Iri dengki dan dendam (QS 3: 19 ; QS 2: 109, 213 ; QS 4: 55 ; QS 42: 14 ; QS 45: 17 ; QS 47: 29
QSW 59: 10)
2. Berselisih (QS 3: 19 ; QS 17:
53)
3. Benci dan menyakiti (QS 5: 91 ;
QS 3: 119 ; QS 5: 2, 8)
4. Bermusuhan (QS 5: 91 ; QS 16: 90
; QS 58: 9)
5. Merusak dan bohong (QS 7: 56,
74, 85 ; QS 11: 85 ; QS 26: 183 ; QS 16: 105)
6. Berprasangka buruk (QS 49:
11-12)
7. Sombong, riya dan
bermewah-mewahan (QS 16: 22-23 ; QS 31: 18 ; QS 57: 23 ; QS 49: 11-12 ; QS 17:
26-27, 37 ; QS 107: 6)
8. Merugikan orang lain (QS 11: 85
; QS 26: 181-184 ; QS 7: 33)
9. Mengaku lebih suci dari orang
lain (QS 53: 32 ; QS 6: 108)
10. Memakan barang haram (QS 5: 3)
11. Memaksakan kehendak (QS 2: 256 ; QS 50: 45 ; QS 20: 44 ; QS 41: 34)
12. Maksiat (QS 5: 90-91 ; QS 17: 32 ; QS 24:
2 ; QS 19: 83)
13. Memperdebatkan keyakinan (QS 3: 163)
Untuk itu kita harus,
1. Membaca Al-Qur’an (QS 29: 45 ;
QS 96: 1-3)
2. Menerjemahkan Al-Qur’an ke
Bahasa masing-masing (Indonesia) (QS 44: 58 ; QS 14: 4 ; QS 19: 97 ; Qs 54: 17,
22, 32, 40)
3. Menafsirkan dan memahami
substansi Al-Qur’an dengan menggunakan Pendengaran, Penglihatan, Hati dan
Pikiran (QS 3: 79 ; QS 12: 1-2 ; QS 4: 1-3 ; QS 17: 36 ; QS 7: 179 ; QS 8: 22 ;
QS 4: 59). Gunakan dan bandingkan tafsir-tafsir yang ada seperti tafsir Ibnu
Katsir, tafsir Al-Misbah M Quraish Shihab, tafsir Fi-Zhilalil Qur’an dari
Sayyid Quthb.
4. Menerapkan dan melaksanakan
Al-Qur’an dalam kehidupan (QS 61: 2, 3 ; QS 2: 44), sesuai dengan kesanggupan masing-masing (QS 2
: 286 ; QS 17 : 84 ; QS 64: 16)
5. Mensyiarkan dan menyebar luaskan Al-Qur’an (QS 2: 174 ;
QS 5: 67, 99)
6. Terus menerus melaksanakan
poin-poin di atas sampai liang lahat. (QS 62: 10 ; QS 4: 103 ; QS 15: 98-99 ;
QS 50: 39-40)
Kalau kita atau
Ummat Islam menerapkan hal di atas dan kembali ber-jamaah, tentu kita akan
mengalami lagi masa kejayaan peradaban manusia seperti di masa Rasulullah SAW.
“Kaum
Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan. Satu golongan di
antaranya masuk surga, dan tujuh puluh lainnya masuk neraka. Kaum Nasrani telah
terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan. Tujuh puluh satu di antaranya masuk
neraka dan hanya satu golongan yang masuk sorga. Demi Allah Yang Menggenggam
Jiwaku, sesungguhnya umatku benar-benar akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga
golongan. Satu golongan di antaranya masuk sorga, dan tujuh puluh dua lainnya
masuk neraka. Seseorang bertanya, “Ya Rasul Allah, siapakah yang masuk surga
itu, menurut anda ? beliau menjawab, “Jamaah”.
Hadits ini hanya diriwayatkan oleh Ibnu Majah sendiri dengan sanad la ba’sa
bih.
Sayang sekali saat
ini kita meninggalkan ajaran Islam, sehingga nasib Umat Islam saat ini berada
di titik nadir, diperebutkan dan diombang-ambing seperti layaknya buih di
lautan yang di permainkan gelombang untuk selanjutnya hilang pada saat
dibenturkan ke batu karang atau terhempas ke pantai.
“Akan
datang suatu masa, umat lain akan memperebutkan kamu, ibarat orang-orang yang
lapar memperebutkan makanan dalam hidangan. Sahabat menanyakan: “Apakah
lantaran pada waktu itu jumlah kami hanya sedikit, ya Rasulullah ?” Dijawab
oleh beliau : “Bukan, bahkan sesungguhnya jumlah kamu pada waktu itu banyak,
tetapi kualitas kamu ibarat buih yang terapung-apung di atas air bah. Dan dalam
jiwamu tertanam kelemahan jiwa. Sahabat bertanya : “Apa yang dimaksud kelemahan
jiwa, ya Rasulullah ?” Beliau menjawab : “Yaitu cinta dunia dan takut mati” (HR
Riwayat Abu Daud)
Akankah keadaan ini begini
terus ? Bagaimana
masa yang akan datang nasib umat Islam,
khususnya di Indonesia ? Untuk itu pelajarilah kembali Skenario Allah
(Al-Qur’an) dan hadits tentang sejarah masa lalu dan masa yang akan datang agar
Indonesia Emas terwujud (Baldatun Thoyibatun wa Rabbun Ghofur).
Sejarah kita (umat) tidak akan keluar dari Skenario Allah (al-Qur’an)
Dalam al-Qur’an sangat jelas bahwa Allah SWT tidak netral, Allah sangat
memihak terhadap bangsa-bangsa dan umat
yang Takwa (takut pada Allah)
dan berbuat Kebaikan.
“Sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan”.
(QS An-Nahl 16: 128)
Jelas sekali dalam al-Qur’an
disebutkan bahwa tidak ada perbuatan buruk yang sehebat apapun akan membawa
keberhasilan, kemakmuran pada sekelompok manusia di bumi, apapun agama maupun
etnisnya, termasuk juga keturunan para Nabi. Sejarah (Skenario Allah)
mengalahkan niat dan maksud-maksud jahat, termasuk masa yad.
Ketika Ibrahim di coba oleh Tuhannya
dengan perintah-perintah tertentu, ia mematuhinya. Itulah sebabnya Allah
berjanji padanya bahwa ia dan
keturunannya akan menjadi Pemimpin manusia, kecuali yang zalim.
“Dan
, ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan
beberapa kalimat , lalu Ibrahim menunaikannya.
Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi
seluruh manusia". Ibrahim berkata: " dari keturunanku" . Allah berfirman: "Janji-Ku tidak mengenai orang yang zalim". (QS
Al-Baqarah 2 :124)
Proses sejarah adalah suatu proses
yang secara etis selalu melakukan penyesuaian dan dalam penyesuaian selalu
tidak akan membiarkan suatu kelompok masyarakat atau bangsa lain memimpin atau
menduduki posisi pimpinan, tanpa di ganti oleh pimpinan baru atau kebudayaan
baru. Dan inilah sunnatullah sebagaimana yang terjadi pada kejadian alam.
“Allah telah menurunkan air dari langit, maka mengalirlah air di
lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang.
Dan dari apa yang mereka lebur dalam api
untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada buihnya seperti buih arus itu.
Demikianlah Allah membuat perumpamaan yang
benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang
tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di
bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan “. (QS Ar-Ra’d 13: 17)
“Mereka
berkata: "Aduhai, celaka
kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zaIim".
“Maka tetaplah demikian keluhan mereka,
sehingga Kami jadikan mereka sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak
dapat hidup lagi”. (QS Al-Ambiyaa’ 21: 14-15)
Kebathilan atau kezaliman akan
berlalu seperti buih di atas air, sedangkan kebenaran akan terus ada dan
mempengaruhi jalannya sejarah, sehingga akhirnya akan di pisahkan mana
orang-orang yang berakhlak mulia dengan orang-orang yang zalim. Kalaupun hal ini tidak terjadi di dunia,
akan terjadi di Akhirat nanti.
“Allah tidak akan meninggalkan hamba-hamba Nya
yang percaya dalam keadaan yang mereka hadapi, kecuali bila ia telah memisahkan
orang-orang yang zalim dari umat Nya yang saleh”.
“Fitnah Duhaima’
(Huru-hara Sangat dahsyat), yang tidak membiarkan seorangpun dari umat ini
melainkan di landanya. Sampai-sampai bila dikatakan hurí-hara itu telah usai,
maka ia kembali lagi, dimana seorang di pagi hari beriman, lalu sore harinya
menjadi kafir. Akhirnya manusia terbagi ke dalam dua kota besar, kota iman,
dimana tidak ada kemunafikan, dan kota munafik, dimana tidak ada keimanan.
Apabila itu telah terjadi, maka tunggulah Dajjal pada hari itu juga, atau esok
harinya” (HR Abu Dawud)
Karena itu sejarah juga akhirnya akan membedakan sistem
ideologi, sosial dan ekonominya. Suatu masyarakat yang penuh dengan KKN tanpa
ukuran nilai-nilai, baik moral maupun religius seperti yang terjadi saat ini di
Indonesia tidak akan mendapat perlakuan yang sama dalam proses evolusi sejarah,
kecuali nantinya masyarakat menjaga kesehatan kalbu dan jiwanya terlebih lagi
para pemimpinnya. Sehingga nantinya bersama semua Umat yang berserah diri
(Islam) akan menjadi pewaris bumi sebagaimana ketetapan Nya, yang telah
tertulis dalam Lauh al-Mahfuzh.
“Dan Allah
telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar mereka, sesudah mereka dalam ketakutan
menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan
sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
kafir sesudah itu, maka mereka
itulah orang-orang yang fasik”. (QS An-Nuur 24: 55)
“Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah
Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai (diwarisi) hamba-hambaKu
yang saleh. (QS Al-Ambiyaa 21: 105)
Karena itu hikmat bulan Ramadhan
yang sesungguhnya adalah bulan pelatihan kecerdasan intelektual, emosional dan
spiritual kita sehingga kita lebih beradab dan bermanfaat terhadap diri
sendiri, keluarga, tempat bekerja, masyarakat bangsa dan akhirnya Negara. Amin
0 comments:
Post a Comment