Blogger news

Tuesday 12 November 2013

Hikmah Ramadhan : Dalam rangka mengasah IESQ



oleh :  (Mufti, Aries)

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

            Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang pada hari ini mengijinkan kita untuk berkumpul dalam nikmat iman dan nikmat sehat walafiat, dalam acara rutin kultum di bulan Ramadhan.
           
            Puji syukur juga perlu kita ucapkan, karena sebulan lamanya kita akan menunaikan ibadah puasa untuk menghapus dosa-dosa kecil kita, sekaligus i’tikaf bermuhasabah dalam rangka taubatan nasuha untuk menghapus dosa-dosa besar kita, sehingga sampailah kita pada puncaknya nanti (Insta Allah) yaitu merayakan Idul Fitri, hari kegembiraan kita, karena kita telah menang dalam hal mengendalikan hawa nafsu (ghadab dan syahwat) kita, sehingga Allah SWT berkenan mengampuni dosa-dosa kita, dan kembali ke fitri atau fitrah kita, sebagaimana layaknya anak bayi yang baru keluar dari rahim ibunya. Kita kembali ke titik nol (zero based) dalam hal dosa, namun plus dalam hal pahala.  Rasulullah SAW bersabda,

“Ketika umatku telah berpuasa di bulan Ramadhan dan menuju Hari Raya. Allah SWT berfirman, “Wahai para malaikat-Ku. Sesungguhnya setiap orang yang telah bekerja, tentu akan mencari hasilnya. Hamba-hamba-Ku hari ini telah berpuasa dan mereka tengah mencari balasan amalnya. Maka saksikanlah olehmu sekalian wahai para malaikat-Ku, bahwa Aku telah memberi ampunan kepada mereka.” (Hadits Qudsi Riwayat Ibnu Mas’ud).

            Jadi berbeda dengan lembaga keuangan seperti PNM atau perbankan dimana pinjaman bermasalahnya biasanya di hapus bukukan namun tidak di hapus tagihkan, maka dengan menjalankan puasa di bulan Ramadhan, dosa-dosa kita yang berkaitan dengan Allah SWT (hablum minallah) di hapus buku dan hapus tagih, sedangkan dosa-dosa kita yang berkait dengan manusia (hablum minannas) akan di hapus buku dan hapus tagih setelah kita bersilaturahim (menyampaikan kasih sayang) dan saling maaf memaafkan dan saling mendoakan “taqabballahu minna wa minkum” (mudah-mudahan Allah menerima ibadah kami dan ibadah kamu sekalian) baik melalui sms, email, surat, telepon dan paling afdol tentunya dengan saling bersalaman. Halal bi halal yang biasa dilakukan setelah Hari Raya, adalah dalam rangka silaturahim tersebut.

            Sesungguhnya masih banyak hikmah yang dapat kita ambil dari bulan ramadhan dan bulan syawal nanti, yaitu yang bersifat makro dengan adanya lebaran dan mudik lebaran, dimana secara ekonomi menimbulkan perputaran uang di daerah meningkat dengan signifikan, terjadi redistribusi aset, anak-anak kita mengunjungi kerabat dan mungkin tempat ayah dan ibunya di lahirkan untuk bersilaturahim jangan sampai kacang lupa akan kulitnya. Di bulan ramadhan dan syawal inilah kita kadang-kadang menjadi oshin sehingga akan lebih empati terhadap nasib  para pembokat kita, jangan sampai kita menuntut perusahaan dua atau tiga kali THR tetapi untuk pembantu kita cukup setengah kali saja, jangan sampai kita tiap tahun menuntut naik gaji, namun pembantu kita sudah lima tahun tidak pernah di naikkan gajinya dstnya, jangan sampai kita menuntut training untuk perbaikan kita, tetapi pembokat tidak pernah kita kursuskan. Jangan sampai kita menuntut asuransi kesehatan, Namun kesehatan pembokat kita tidak pernah kita pikirkan.

            Ada dua hal yang wajib kita laksanakan dan sunnah yang dianjurkan dalam bulan Ramadhan dan Syawal, yaitu wajib Puasa dan Zakat yang merupakan Rukun Islam dan di sunnahkan  khatam Qur’an, bersilaturahim serta puasa 6 hari di bulan syawal.

            Dengan puasa dan zakat di Bulan Ramadhan dan 6 hari di bulan syawal, maka ini adalah cara untuk melatih bagaimana kita dapat mengendalikan qalbu kita, agar jangan sampai dikendalikan oleh hawa nafsu (consumerism dan hedonism), jangan sampai kita cinta dunia dan takut mati, karena kita belum siap menghadapinya. Puasa mendidik manusia untuk bertakwa agar cerdas emosional dan spiritual.

 “Hai orang-orang yang beriman ! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa“ (QA Al-Baqarah : 183)

Puasa mengajarkan kita rasa lapar dan haus sehingga kita lebih peka terhadap kaum tertindas, yang menderita kelaparan. Dengan itu kita tidak menjadi korup karena tidak ikhlas membayar zakat, infak dan sedekah yang menjadi hak orang miskin. Sehingga ada anekdot, jadinya puasa ini hanya untuk orang kaya saja, karena kalau si miskin tiap hari juga sudah puasa.

Dan pada harta mereka ada hak untuk dhuafa yang meminta maupun yang tidak mendapat bagian“. (QS Adz Dzariat : 19)

            Puasa mengajarkan kita membedakan yang halal dengan yang haram, bahwa, jangankan yang haram, yang halalpun menjadi haram apabila kita ingin menikmati setelah imsak dan sebelum magrib. Baru menjadi halal kembali setelah waktu berbuka. Babi itu haram karena zatnya, sapi itu halal, namun bila uang hasil KKN, mencuri atau riba itu digunakan untuk membeli sapi, maka sapi itu menjadi haram karena cara memperolehnya, sehingga puasa juga mengajarkan kita jangan mencari uang yang haram.
 
“Hai anakku ! Carilah kekayaan dengan bekerja yang halal untuk menjaga kefakiran. Karena orang yang fakir itu tak lain akan mendapatkan tiga perkara, yaitu lemah dalam agamanya. Lemah dalam akalnya dan hilang malunya. Dan yang lebih besar  dari tiga itu adalah manusian memandang dia itu dengan pandangan yang rendah“. (Lukman Al-Hakim)

            Puasa mengajarkan kita untuk tidak melakukan hal yang sia-sia, termasuk melihat, mendengar, mencium, mengucapkan bahkan berpikir yang sia sia, sehingga kita hanya mendapatkan haus dan laparnya saja, namun tidak pahalanya. Walaupun dengan berpuasa kita juga mempunyai hikmah kesehatan karena berat badan kita biasanya turun dan lingkar pinggang kita biasanya mengecil.

Barang siapa tidak dapat meninggalkan ucapan perbuatan dosa (waktu puasa), maka Allah tidak membutuhkan lapar dan hausnya” (HR Bukhari)

Mungkin hasil yang draih seorang shoim (yang berpuasa) hanyalah rasa lapar dan haus, dan mungkin hasil yang dicapai seorang yang shalat malam (tarawih/qiyamullail) hanyalah bergadang (HR Ahmad dan Al-Hakim.)

            Puasa mengajarkan kita disiplin untuk menepati waktu imsak dan berbuka bila ingin puasa kita diterima. Puasa mengajarkan kita jujur, karena kita percaya Allah itu ada dan maha mengetahui, karena bisa saja kita diam-diam minum tanpa di ketahui oleh siapapun dan setelah itu kita mengatakan kepada orang lain bahwa kita sedang puasa. Puasa mengajarkan kita muhasabah mawas diri dan meminta ampun atas segala dosa yang telah kita lakukan.

Dan (dia berkata) : “Hai kaumku, mohon ampunlah kepaeda Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya ia akan menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan dia akan menambahkan kekuatan kepada keuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa” (QS Hud : 52)

            Ada budaya baru di kalangan umat Islam yang mengikuti tradisi tahun baru, yaitu sehabis Ramadhan atau malam terakhir puasa (malam takbiran) dianggap sebagai perayaan. Kadang-kadang arti perayaan ini di salah artikan menjadi berpesta ria, mabok-mabokan dan bermalas-malasan,.

            Tahun ini, PNM mendapat kepercayaan dari beberapa bank dan mungkin donor untuk pengembangan BMT. Ini semua merupakan amanah yang tidak boleh kita sepelekan, kita harus persiapkan sedini mungkin untuk mengelola amanah ini, karena di dunia ini sesungguhnya tidak ada sesuatu yang terjadi berdasarkan kebetulan belaka, baik dari sisi dampaknya (ukuran) maupun tempat dan kapan terjadinya.

Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. (QS Al-Qamar 54 : 49).

 “….Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya “. (QS Al-Furqaan 25: 2) 

Tahun ini, mungkin kita kesal karena kok SUP tidak seperti yang kita harapkan, kok dana PKBL belum turun. Tentu tidak turunnya itu ada hikmahnya, walaupun mungkin kesalahan kita sendiri yang belum membuat juknisnya. Namun hikmahnya itu tidak pernah kita ketahui dengan pasti, karena pengetahuan kita memang terbatas. Begitu juga terhadap diri kita, kalau ada sesuatu yang terjadi pada kita, misalnya kalau nanti terjadi lagi reorganisasi karena ada pergantian Direksi sehubungan dengan telah mengundurkan diri dua direksi lama, lalu kita dirotasi, maka mungkin kita merasa tidak nyaman. Kita marah dan sedih saja dan dampaknya motivasi kerja kita menurun.
Kita tidak suka dengan keadaan tersebut karena kita anggap buruk buat  kita. Padahal mungkin saja itu nantinya baik buat kita, hanya kita belum mengetahuinya,

….Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka,  karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”. (QS An-Nisa’ 4 : 19).

. .….Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi  kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS Al-Baqarah 2: 216).
           
Atau bisa juga ada pikiran kita, mengapa bukan kita yang menjadi direksi, atau menggantikan kepala divisi yang menjadi direksi, atau menggantikan kepala divisi yang menjadi direksi dst nya (kalau ada nantinya, ga janji deh), lalu kita berpikir kita yang paling cocok untuk di posisi tersebut, namun ternyata orang lain yang mengisinya. Kita kecewa lalu bertanya, apakah kita kurang atau tidak bekerja keras ?. Kurang atau tidak cerdas ?. Kurang atau tidak berbuat baik ?. Padahal, kita merasa lebih baik dari teman-teman yang lain, malahan kita lebih rajin berinfak dan  berdoa dll, puasa saja imsaknya jam dua dan bukanya jam 8 an. Namun mengapa hasilnya tetap tidak sesuai dengan harapan. ?. Adakah sesuatu hal baru yang tidak kita ketahui ?

…..Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru “. (QS Ath-Thalaaq 65 : 1).

Ataukah memang kita tidak mampu, karena belum di kehendaki-Nya ?

Dan kamu tidak mampu , kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS Al-Insaan 76: 30)

            Kita diajarkan dalam mengerjakan sesuatu, selain niat baik, jangan main hitung-hitungan. Bekerjalah dalam rangka mengharapkan Ridho Illahi. Setelah itu  lakukan saja sesuai dengan syariat-Nya berdasarkan ilmu yang dimiliki, masalah hasilnya itu adalah urusan Allah SWT. Insya Allah akan ada jalan keluar yang di berikan.

……. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar”. (QS Ath-Thalaaq 65: 2).

Bahkan mungkin dari jalan yang tidak pernah diduga sebelumnya. 

Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.  (QS Ath-Thalaaq 65: 2).

            Semua itu bisa terjadi, karena tidak ada satu mahlukpun di dunia ini yang luput dari kekuasaannya, hanya Allah SWT lah yang dapat melindungi, yang menghinakan dan memuliakan siapa saja, jadi terserah Allah SWT siapa yang di pilih mau disesatkan atau yang di beri petunjuk-Nya. Sebagaimana firman-Nya,

Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melatapun  melainkan  Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya . Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus ." (QS Huud 11: 56)

Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. Dan mereka mempertakuti kamu dengan  yang selain Allah? Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya“. (QS Az-Zumar 39: 36).

…….Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki“. (QS Al-Hajj 22: 18).

…... Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka baginya tak ada seorangpun yang akan memberi petunjuk”. (QS Ar-Ra’d 13: 33)

            Dunia ini panggung kehidupan sementara untuk menuju kehidupan abadi. Manusia sebagai para pemain panggung harus jelas mengerti script atau skenario yang di buat oleh Sang Maha Sutradara. Agar permainan panggungnya baik, maka pelajari, pahami, terapkan serta syiarkan Al-Qur’an sebagai suatu Skenario Allah yang akurat, lengkap dan sempurna, karena hanya dari sanalah terdapat petunjuk segala sesuatunya. Didalamnya berisi  petunjuk dan cerita sejarah masa lalu serta prediksi apa yang akan terjadi di masa yad yang selalu berulang, asal bisa menafsirkan dan menakwilkan. Untuk lebih menyempurnakan, perlu juga di lengkapi dengan petunjuk Rasulullah SAW yang berupa Hadits-hadits yang selaras dengan al-Qur’an, sehingga secara sunnatulllah, akan diketahui siapa yang akan di muliakan dan siapa yang akan di hinakan. Karena dari jaman sebelum, pada saat dan sesudah Nabi Muhammad tidak pernah berubah, dan memang Sunnatullah itu tidak akan berubah.

“Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum , dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah”.  (QS Al-Ahzab 33: 62).

“Demikianlah, karena sesungguhnya Allah,  Dia-lah  yang  hak    dan sesungguhnya  apa  saja  yang  mereka seru selain dari Allah itulah yang batil; dan sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar”.  (QS Luqman 31: 30)

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah  bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan . Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak . Dia menjelaskan tanda-tanda  kepada orang-orang yang mengetahui”. (QS Yunus 10: 5)
 
Skenario Allah (al-Qur’an) : “Manusia diciptakan untuk bertakwa (takut kepada Allah) bukan melawan Allah dan berbuat kebaikan di muka bumi bukan membuat kerusakan”

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata:  "Mengapa Engkau hendak menjadikan  di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:  "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS Al-Baqarah 2:30)

Firman Tuhan tersebut menunjukkan bahwa Malaikat sudah tahu bahwa nantinya manusia akan membuat kerusakan atau huru-hara (fitnah) di bumi dan  akan saling berbunuhan dan berperang. Akan terjadi “Fitnah Ahlas” dan “Fitnah Sarra”, sehingga akhirnya terjadi “Fitnah Duhaima” atau Huru-hara  Sangat Dahsyat.. Dan ini memang yang dahulu, sekarang dan nanti akan terjadi lagi. Ini memang merupakan rahasia Tuhan, karena hanya Allah yang mengetahui apa-apa yang malaikat dan kita tidak ketahui. Yang jelas Allah menciptakan kita sebagai wakilnya di muka bumi ini untuk menyembah dan mengabdi kepada Nya.

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS Adz-Dzaariyat 51: 56)

Sesungguhnya  ini adalah agama kamu semua; agama yang satu  dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. (Al-Anbiyaa  21:92)

Dan mempunyai sifat seperti Allah SWT yaitu pengasih dan penyayang sehingga dapat memberikan Rahmatan lil Alamin bagi ciptaan Nya di dunia bukan Laknatan lil Alamin. 
Jadi Visi Allah SWT menciptakan Manusia ádalah agar Manusia itu ber Iman, ber Takwa dan berbuat kebaikan, hidup seimbang dunia dan akhirat. Sedangkan melaksanakan Shalat, Puasa, Haji, Zakat dan Korban, adalah sarana  agar kita bertakwa dan berbuat kebajikan jadi tujuan akhir itu sendiri hádala kebajikan dan sebaik-baik manusia hádala yang berbuat kebajikan sehingga sekelilingnya nyaman dan senang .

 Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu  negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari  duniawi dan berbuat baiklah  sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di  bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.  (QS Al-Qashash 28: 77)

Untuk itu Allah mengirim para Nabi dengan Kitab-kitabnya dan yang terakhir Rasulullah SAW dan Al-Qur’an agar manusia bertakwa dan berbuat kebaikan.

“Sesungguhnya agama  disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab  kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian  di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. ((QS Ali Imran 3:19)

Barangsiapa  mencari  agama  selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS Ali-Imran 3:85)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS Ali Miran 3:102)

Itulah misi Allah SWT, yaitu

1.      Menurunkan Kitab-kitab suci melalui para Nabi yang semua isinya sama, ádalah agar bertakwa.
2.      Menurunkan Al-Qur’an melalui Nabi Muhammad SAW, dengan infra strukturnya Rukun Islam untuk meningkatkan dan melestarikan ketakwaan.
3.      Memilih manusia-manusia yang bertakwa sebagai utusan-Nya untuk meningkatkan dan melestarikan ketakwaan manusia.
4.      Menguji ketakwaan dengan godaan syaitan/iblis/dajjal, sehingga ketakwaan manusia itu berbeda-beda sesuai kemampuannya melawan godaan tersebut. Ujian itu bisa berupa kebahagian atau penderitaan, kemudahan atau kesulitan, kekayaan atau kemiskinan, kebaikan atau kerusakan, disukai, atau dibenci.
5.      Memberikan insentif dan balasan sesuai tingkat ketakwaan manusia

Berdasarkan itu maka Visi Manusia, ádalah bertakwa dan mengabdi kepada Allah untuk mendapatkan ridho Nya. Sedangkan pahala dan mendapatkan kapling di Surga itu adalah output dari semua proses yang kita jalankan. Karena itu Misi Manusia ádalah,
1.      Iman terhadap Tuhan YME, Malaikat, Nabi-nabi, Kitab-kitab Suci, Taqdir dan Akhirat (Rukun Iman).
2.      Melaksanakan seluruh perintah Allah SWT
3.      Menjauhi seluruh larangan Allah SWT
4.      Membaca, memahami, menerapkan dan menyiarkan Al-Qur’an selama hidupnya
5.      Mengikuti sunnah Rasul yang shahih (sesuai Al-Qur’an)
6.      Melawan setiap godaan syaitan/iblis/dajjal di dunia yang akan menjerumuskan manusia.

Rukun Iman
1.      Percaya kepada Allah YME (QS 2: 1-5, 83, 97, 177, 285)
2.      Percaya kepada Malaikat (QS 3: 3, 84-85, 95, 102)
3.      Percaya kepada para Nabi dan Rasul (QS 4: 36, 48, 116)
4.      Percaya kepada Kitab-kitab Suci (QS 5: 48, 68-69)
5.      Percaya kepada Taqdir (QS 7:25)
6.      Percaya kepada Akhirat (Syurga dan Neraka) (QS 19: 15, 33 ; QS 22: 5-7, 75)

Perintah Allah SWT yang harus di laksanakan
1.      Mencari karunia (nafkah) sebanyak-banyaknya dan hidup seimbang dunia akhirat (QS 62: 9-10 ; QS 67: 15 ; QS 9: 105 ; QS 73: 20 ; QS 78: 11 ; QS 2: 267, ; QS 28: 77)
2.      Menjaga kesehatan (QS 7: 31)
3.      Menuntut Ilmu (QS 35:28 ; QS 39: 9; QS 20: 114)
4.      Berbuat baik kepada orang tua (QS 4: 36; QS 17: 23-24; QS 31: 14: QS 28: 8)
5.      Kepala keluarga yang baik (QS 30: 21; QS 4: 19; QS 24: 61; QS 9: 24; QS 66:6; QS 18: 46; QS 64: 14; QS 2: 138)
6.      Infak dan Shodaqoh (QS 3: 92, 133-134 ; QS 65: 7 ; QS 107: 1-7 ; QS 2: 267 ; QS 9: 53 ; QS 36: 47 ; QS 57: 7 ; QS 64: 16 ; QS 92: 5)
7.      Menahan amarah (ghadab) dan nafsu (syahwat)  (QS 3: 133-134 ; QS 64: 14 ; QS 25: 43 ; QS 28: 50 ; QS 79: 40 ; QS  12: 53)
8.      Memaafkan orang lain (QS 3 : 133-134 ; QS 42 : 37 ; QS 64 : 14 ; QS 2: 187, 263)
9.      Memenuhi janji (QS 2: 177 ; QS 23: 1-8 ; QS 3: 76 QS 17: 34)
10.  Adil (QS 5: 8 ; QS 2: 177 ; QS 3: 76 QS 17: 34)
11.  Bersyukur (QS 14: 7)
12.  Sabar dan ikhlas (QS 2 : 151, 155 ; QS 16: 96)
13.  Kebajikan dan menolong orang (QS 2: 83, 148, 158, 177, 215, 270-274) ( QS 14: 52)
14.  Mengingat Allah SWT sepanjang masa (QS 2: 21 ; QS 71: 3 ; 3: 190-191 ; QS 4: 103 ; QS 50: 39-40)
15.  Menggunakan akal dalam beragama (jangan taqlid) (QS 10: 100 ; 2: 179, 269 ; QS 5: 100 ; QS 23: 78 ; QS 7: 179, 204 ; QS 14: 52)
16.  Silaturahim dan menjaga persatuan (jamaah)  (QS 4: 1 ; QS 3: 103, 105)
17.  Melaksanakan Rukun Islam
1)      Syahadat, (QS 2: 1-3, 21, 41, 158, 177, 179, 183, 203 ; QS 5: 6-7)
2)      Shalat, (QS 3: 96-97 ; QS 6: 72 ; QS 8: 2-4 ; QS 30: 31)
3)      Puasa, (QS 2: 183-185)
4)      Zakat, (QS 9: 103 ; QS 2: 26 ; QS 6: 141-142 ; QS 9: 34-35)
5)      Hají dan (QS 2: 196-203 ; 3: 97 ; QS 22: 26-30, 158)
Qurban (QS 108: 1-3 ; QS 22: 34-37)

Menjauhi Larangan-Nya,
1.      Iri dengki dan dendam  (QS 3: 19 ; QS 2: 109, 213 ;  QS 4: 55 ; QS 42: 14 ; QS 45: 17 ; QS 47: 29 QSW 59: 10)
2.      Berselisih (QS 3: 19 ; QS 17: 53)
3.      Benci dan menyakiti (QS 5: 91 ; QS 3: 119 ; QS 5: 2, 8)
4.      Bermusuhan (QS 5: 91 ; QS 16: 90 ; QS 58: 9)
5.      Merusak dan bohong (QS 7: 56, 74, 85 ; QS 11: 85 ; QS 26: 183 ; QS 16: 105)
6.      Berprasangka buruk (QS 49: 11-12)
7.      Sombong, riya dan bermewah-mewahan (QS 16: 22-23 ; QS 31: 18 ; QS 57: 23 ; QS 49: 11-12 ; QS 17: 26-27, 37 ; QS 107: 6)
8.      Merugikan orang lain (QS 11: 85 ; QS 26: 181-184 ; QS 7: 33)
9.      Mengaku lebih suci dari orang lain (QS 53: 32 ; QS 6: 108)
10.  Memakan barang haram (QS 5: 3)
11.  Memaksakan kehendak (QS  2: 256 ; QS 50: 45 ; QS 20: 44 ; QS 41: 34)
12.  Maksiat (QS 5: 90-91 ; QS 17: 32 ; QS 24: 2 ; QS 19: 83)
13.  Memperdebatkan keyakinan (QS 3: 163)

Untuk itu kita harus,
1.      Membaca Al-Qur’an (QS 29: 45 ; QS 96: 1-3)
2.      Menerjemahkan Al-Qur’an ke Bahasa masing-masing (Indonesia) (QS 44: 58 ; QS 14: 4 ; QS 19: 97 ; Qs 54: 17, 22, 32, 40)
3.      Menafsirkan dan memahami substansi Al-Qur’an dengan menggunakan Pendengaran, Penglihatan, Hati dan Pikiran (QS 3: 79 ; QS 12: 1-2 ; QS 4: 1-3 ; QS 17: 36 ; QS 7: 179 ; QS 8: 22 ; QS 4: 59). Gunakan dan bandingkan tafsir-tafsir yang ada seperti tafsir Ibnu Katsir, tafsir Al-Misbah M Quraish Shihab, tafsir Fi-Zhilalil Qur’an dari Sayyid Quthb.
4.      Menerapkan dan melaksanakan Al-Qur’an dalam kehidupan (QS 61: 2, 3 ; QS 2: 44),  sesuai dengan kesanggupan masing-masing (QS 2 : 286 ; QS 17 : 84 ; QS 64: 16)
5.      Mensyiarkan  dan menyebar luaskan Al-Qur’an (QS 2: 174 ; QS 5: 67, 99)
6.      Terus menerus melaksanakan poin-poin di atas sampai liang lahat. (QS 62: 10 ; QS 4: 103 ; QS 15: 98-99 ; QS 50: 39-40)

Kalau kita atau Ummat Islam menerapkan hal di atas dan kembali ber-jamaah, tentu kita akan mengalami lagi masa kejayaan peradaban manusia seperti di masa Rasulullah SAW.

 “Kaum Yahudi telah terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan. Satu golongan di antaranya masuk surga, dan tujuh puluh lainnya masuk neraka. Kaum Nasrani telah terpecah menjadi tujuh puluh dua golongan. Tujuh puluh satu di antaranya masuk neraka dan hanya satu golongan yang masuk sorga. Demi Allah Yang Menggenggam Jiwaku, sesungguhnya umatku benar-benar akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Satu golongan di antaranya masuk sorga, dan tujuh puluh dua lainnya masuk neraka. Seseorang bertanya, “Ya Rasul Allah, siapakah yang masuk surga itu, menurut anda ? beliau menjawab, “Jamaah”. Hadits ini hanya diriwayatkan oleh Ibnu Majah sendiri dengan sanad la ba’sa bih.

Sayang sekali saat ini kita meninggalkan ajaran Islam, sehingga nasib Umat Islam saat ini berada di titik nadir, diperebutkan dan diombang-ambing seperti layaknya buih di lautan yang di permainkan gelombang untuk selanjutnya hilang pada saat dibenturkan ke batu karang atau terhempas ke pantai.

 “Akan datang suatu masa, umat lain akan memperebutkan kamu, ibarat orang-orang yang lapar memperebutkan makanan dalam hidangan. Sahabat menanyakan: “Apakah lantaran pada waktu itu jumlah kami hanya sedikit, ya Rasulullah ?” Dijawab oleh beliau : “Bukan, bahkan sesungguhnya jumlah kamu pada waktu itu banyak, tetapi kualitas kamu ibarat buih yang terapung-apung di atas air bah. Dan dalam jiwamu tertanam kelemahan jiwa. Sahabat bertanya : “Apa yang dimaksud kelemahan jiwa, ya Rasulullah ?” Beliau menjawab : “Yaitu cinta dunia dan takut mati” (HR Riwayat Abu Daud)

Akankah keadaan ini begini terus ? Bagaimana masa yang akan datang  nasib umat Islam, khususnya di Indonesia ? Untuk itu pelajarilah kembali Skenario Allah (Al-Qur’an) dan hadits tentang sejarah masa lalu dan masa yang akan datang agar Indonesia Emas terwujud (Baldatun Thoyibatun wa Rabbun Ghofur).


Sejarah kita (umat) tidak akan keluar dari Skenario Allah (al-Qur’an)

            Dalam al-Qur’an sangat jelas bahwa Allah SWT tidak netral, Allah sangat memihak terhadap bangsa-bangsa dan umat  yang Takwa (takut pada Allah) dan berbuat Kebaikan.

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan”. (QS An-Nahl 16: 128)

            Jelas sekali dalam al-Qur’an disebutkan bahwa tidak ada perbuatan buruk yang sehebat apapun akan membawa keberhasilan, kemakmuran pada sekelompok manusia di bumi, apapun agama maupun etnisnya, termasuk juga keturunan para Nabi. Sejarah (Skenario Allah) mengalahkan niat dan maksud-maksud jahat, termasuk masa yad.
            Ketika Ibrahim di coba oleh Tuhannya dengan perintah-perintah tertentu, ia mematuhinya. Itulah sebabnya Allah berjanji padanya bahwa ia dan  keturunannya akan menjadi Pemimpin manusia, kecuali yang zalim.

“Dan , ketika Ibrahim diuji  Tuhannya dengan beberapa kalimat , lalu Ibrahim menunaikannya.  Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: " dari keturunanku" .  Allah berfirman: "Janji-Ku  tidak mengenai orang yang zalim". (QS Al-Baqarah 2 :124)

            Proses sejarah adalah suatu proses yang secara etis selalu melakukan penyesuaian dan dalam penyesuaian selalu tidak akan membiarkan suatu kelompok masyarakat atau bangsa lain memimpin atau menduduki posisi pimpinan, tanpa di ganti oleh pimpinan baru atau kebudayaan baru. Dan inilah sunnatullah sebagaimana yang terjadi pada kejadian alam.

“Allah telah menurunkan air  dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang. Dan dari apa  yang mereka lebur dalam api untuk membuat  perhiasan  atau alat-alat, ada  buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah  Allah  membuat perumpamaan    yang  benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan “. (QS Ar-Ra’d 13: 17)

“Mereka  berkata:  "Aduhai, celaka kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zaIim".
“Maka tetaplah demikian keluhan mereka, sehingga Kami jadikan mereka sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi”. (QS Al-Ambiyaa’ 21: 14-15)

            Kebathilan atau kezaliman akan berlalu seperti buih di atas air, sedangkan kebenaran akan terus ada dan mempengaruhi jalannya sejarah, sehingga akhirnya akan di pisahkan mana orang-orang yang berakhlak mulia dengan orang-orang yang zalim. Kalaupun hal ini tidak terjadi di dunia, akan terjadi di Akhirat nanti.

“Allah tidak akan meninggalkan hamba-hamba Nya yang percaya dalam keadaan yang mereka hadapi, kecuali bila ia telah memisahkan orang-orang yang zalim dari umat Nya yang saleh”.

“Fitnah Duhaima’ (Huru-hara Sangat dahsyat), yang tidak membiarkan seorangpun dari umat ini melainkan di landanya. Sampai-sampai bila dikatakan hurí-hara itu telah usai, maka ia kembali lagi, dimana seorang di pagi hari beriman, lalu sore harinya menjadi kafir. Akhirnya manusia terbagi ke dalam dua kota besar, kota iman, dimana tidak ada kemunafikan, dan kota munafik, dimana tidak ada keimanan. Apabila itu telah terjadi, maka tunggulah Dajjal pada hari itu juga, atau esok harinya”  (HR Abu Dawud)

            Karena itu sejarah juga akhirnya akan membedakan sistem ideologi, sosial dan ekonominya. Suatu masyarakat yang penuh dengan KKN tanpa ukuran nilai-nilai, baik moral maupun religius seperti yang terjadi saat ini di Indonesia tidak akan mendapat perlakuan yang sama dalam proses evolusi sejarah, kecuali nantinya masyarakat menjaga kesehatan kalbu dan jiwanya terlebih lagi para pemimpinnya. Sehingga nantinya bersama semua Umat yang berserah diri (Islam) akan menjadi pewaris bumi sebagaimana ketetapan Nya, yang telah tertulis dalam Lauh al-Mahfuzh.

 “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar  mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang  kafir sesudah  itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”. (QS An-Nuur 24: 55)

“Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur  sesudah  Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai (diwarisi) hamba-hambaKu yang saleh. (QS Al-Ambiyaa 21: 105)

Karena itu hikmat bulan Ramadhan yang sesungguhnya adalah bulan pelatihan kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual kita sehingga kita lebih beradab dan bermanfaat terhadap diri sendiri, keluarga, tempat bekerja, masyarakat bangsa dan akhirnya Negara. Amin

0 comments:

Post a Comment